Pages

Sabtu, 08 Oktober 2011

PENDIDIKAN BERBASIS PADA ALAM

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Alam raya adalah guru sejati, segala yang berjalan di dalamnya sesungguhnya adalah mata pelajaran yang sedang dituturkan. Setiap detik, pelajaran-pelajaran itu terus dihujahkan, yang pada akhirnya, semua dikembalikan kepada kita, apakah kita mau menjadi murid yang baik, yang mau mendengarkan saat guru menyampaikan pelajarannya, ataukah kita akan sibuk dengan diri kita sendiri.
Alam adalah guru, dalam memberikan pelajarannya alam begitu lembut dan pitutur kehidupannya begitu menyentuh hati. Beruntunglah orang-orang yang mau berada dalam keheningan, menyimak pitutur-pitutur itu. Lebih-lebih orang-orang yang mengambil sari pitutur kehidupan itu sebagai teladan dalam menjalani hidup. Alam merupakan salah satu media pembelajaran potensial yang saat ini hampir dilupakan oleh praktisi pendidikan.
Mereka kurang menyadari kalau alam sangat bagus digunakan sebagai tempat untuk melakukan proses belajar. Belajar dari alam bukan berarti kita hanya sibuk memperhatikan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh alam. Atau mengamati apa saja yang dihasilkan oleh alam. Belajar dari alam adalah alam digunakan sebagai tempat untuk melakukan proses belajar mengajar, dan apa yang bisa kita gunakan dari alam sebagai alat peraga atau pendukung dalam proses belajar. Siswa tidak hanya memahami materi yang diberikan oleh guru sebatas pada alam ide, tetapi juga bisa mempelajari secara empiris.
Alam juga merupakan bukti kebesaran-Nya, sehingga manusia harus senantiasa tafakur, tadabur dan tasyakur. Masih banyak ayat Alquran yang menganjurkan kita belajar dari alam, seperti QS Al Hajj :18, QS Yunus : 101, QS Lukman : 20, semuanya menganjurkan agar kita senantiasa mengambil pelajaran dari fenomena yang terjadi di alam jagat raya ini. Apa dan Bagaimana Belajar Berbasis Alam Belajar dari alam dapat diartikan secara sederhana adalah menjadikan alam sebagai sumber, media dan sarana belajar untuk memetik ilmu pengetahuan.
Selanjutnya kami akan membahas pendidikan berbasis pada alam. Sebagai salahsatu rangkaian mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam.

B.     Rumusan Masalah
1.      Pengertian pendidikan
2.      Kerangka Filosofis pendidikan berbasis alam
3.      Prinsip-prinsip pendidikan berbasis alam
4.      Pendekatan dan metode pendidikan berbasis alam

C.    Tujuan Penyusunan Makalah
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pndidikan Islam program Pascasarjana IAIT Kediri. Dan untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan.

BAB II
PEMBAHASAN

1.                  Pengertian Pendidikan
Pendidikan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.[1]
Pendidikan secara etimologis juga berarti proses, perbuatan, cara mendidik.[2]
            Sedangkan pendidikan secara terminologis, pendidikan, menurut penelitian azra telah didefinisikan secara berbeda-beda oleh kalangan, yang banyak dipengaruhi perspektif masing-masing. Namun semua pandangan yang berbeda itu bertemu dalam semacam kesimpulan bahwa pendidikan merupakan proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien.[3]
            Pendidikan menurut Mohammad al-Toumy al-Syaibaniy adalah proses pengubahan tingkah laku individu, pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai proses di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat.[4]
Menurut Sukiman sebagaimana dikutip oleh Basrowi dan Suko Susilo bahwa: Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha manusia untuk melestarikan kehidupannya, karena tanpa adanya pendidikan yang terarah, terencana dan sistematis dapat kita bayangkan apa yang akan terjadi pada bangsa tersebut, dengan pendidikan berarti manusia mempunyai daya upaya untuk memajukan perkembangan sains dan teknologi.[5]
Menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, Pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.[6]

2.                  Kerangka Filosofis Pendidikan Berbasis Pada Alam
Folosofis pendidikan yang berbasis lingkungan alam sebenarnya telah digagas pertama kali oleh Jan Lightghart pada tahun 1859. Tokoh ini menyajikan suatu bentuk model pendidikan yang dikenal dengan ‘pengajaran barang sesungguhnya’. Konsep ini menjadi salah satu akar munculnya konsep pendidikan yang berbasis pada alam atau back to nature school.[7] Ide dasarnya adalah pendidikan pada anak dilakukan dengan mengajak anak dalam suasana sesungguhnya melalui belajar pada lingkungan alam sekitar yang nyata. Bentuk pengajaran ini dilakukan sebagai upaya menentang bentuk pengajaran yang cenderung intelektualisme dan verbalistik. Menurut Jan Lightghart, Sumber utama bentuk pengajaran ini adalah lingkungan di sekitar anak. Melalui bentuk pengajaran ini akan tumbuh keaktifan anak dalam mengamati, menyelediki serta mempelajari lingkungan. Kondisi lingkungan yang sesungguhnya juga akan menarik perhatian spontan anak sehingga anak memiliki pemahaman dan kekayaan pengetahuan yang bersumber dari lingkungannya sendiri. Bahan-bahan pengajaran yang ada pada lingkungan sekitar anak akan mudah diingat, dilihat dan dipraktikan sehingga kegiatan pengajaran menjadi berfungsi secara praktis.
Inti pengajaran barang sesungguhnya adalah mengajak anak pada kondisi lingkungan sesungguhnya. Semua bahan yang ada di lingkungan sekitar anak dapat dipakai sebagai pusat minat atau pusat perhatian anak. Bahan pengajaran dari lingkungan oleh Jan Lighthart dikelompokan dalam tiga kategori, yaitu:
Lingkungan alam (sebagai bahan mentah), lingkungan produsen atau lingkungan pengrajin (pengolah dan penghasil bahan mentah menjadi bahan jadi) serta lingkungan masyarakat pengguna bahan jadi (konsumen). Bahan ini dapat terdiri dari tanaman, tanah, batu-batuan, kebun, sungai dan ladang, pengarajin kayu, rotan dan pasar atau toko sebagai pusat jual beli bahan-bahan jadi tersebut. Berdasarkan pusat minat anak (tema) ini maka langkah pengajaran dilaksanakan.
Landasan filosofis kedua dapat ditelaah dari filsafat pendidikan naturalisme romantik yang dikemukakan Rousseau. Filosof ini berusaha mengembangkan konsep pendidikan yang dilakukan secara naturalistik atau alami. Ia mengemukakan filosofisnya bahwa : (1) pendidikan harus mengembangkan kemampuan-kemampuan alami atau bakat/pembawaan anak dan (2) pendidikan yang berlangsung dalam alam. Sesuai dengan pandangan di atas, maka pendekatan untuk mendidik anak bukanlah dengan mengajar anak secara formal atau melalui pengajaran langsung, akan tetapi dengan memberi kesempatan kepada mereka belajar melalui proses eksplorasi dan diskoveri.
Landasan filosofis ketiga adalah konsep filosofis yang disampaikan oleh Decroly (1897).
Filosof pendidikan ini mengemukakan beberapa ide filosofis bahwa :
1. Sekolah harus dihubungkan dengan kehidupan alam sekitar.
2. Pendidikan dan pengajaran agar didasarkan pada perkembangan anak.
3. Sekolah harus menjadi laboratorium bekerja bagi anak-anak.
4. Bahan-bahan pendidikan/pengajaran yang fungsional praktis.[8]
Dari ketiga landasan filosofis pendidikan tersebut diharapkan akan menjadi rumusan pijakan untuk mengembangkan pendidikan yang berbasis alam untuk memberikan pembelajaran yang bermakna bagi anak-anak.


3.                  Prinsip-Prinsip Pendidikan Berbasis Alam
Proses pendidikan berbasis alam perlu memperhatikan sejumlah prinsip yang mendasarinya. Prinsip-prinsip yang dimaksud diantaranya adalah :
1.      Berpusat pada perkembangan anak dan optimalisasi perkembangan
Keberhasilan pendidikan dapat diukur pada sejauh mana pendidikan berhasil mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengoptimalkan potensi setiap anak sesuai dengan karakteristik perkembangannya
2.      Membangun kemandirian anak
Proses pendidikan yang berbasis alam diharapkan dapat membangun dan mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri (kemandirian), kedisiplinan dan sosialisasi agar terbentuk karakter kemandirian yang kuat.
3.      Belajar dari lingkungan alam sekitar
Proses pendidikan berbasis alam akan memaksimalkan pemanfaatan kekayaan alam yang ada,sebagai sumber ilmu pengetahuan,sehingga memiliki ketajaman berpikir dan wawasan keilmuan yang aplikatif.
4.      Belajar dan bermain dari lingkungan sekitar
Melalui bermain, memungkinkan anak untuk terlibat dalam lingkungannya, melalui konflik internal maupun eksternal sehingga anak belajar melalui berbagai pengalaman dengan objek, orang, kegiatan yang ada di sekitarnya.
5.      Memanfaatkan sumber belajar yang mudah dan murah
Dengan memanfaatkan lingkungan sekitar, anak dapat mempelajari banyak hal dari lingkungan terdekatnya (lingkungan alam, lingkungan fisik, lingkungan sosial, kultur budaya, dll) sehingga sumber belajar tidak harus sengaja dirancang dengan mengeluarkan biaya yang mahal.
6.      Pembelajaran menggunakan pendekatan tematik
Pembelajaran tema adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang didasarkan atas ide-ide pokok/sentral tentang anak dan lingkungannya. Melalui pembelajaran tema dapat memberikan pengalaman langsung tentang objek yang riil bagi anak untuk menilai dan memanipulasinya, menumbuhkan cara berpikir yang komprehensif.
7.      Membangun kebiasaan berpikir ilmiah
Berpikir ilmiah yang dimaksud pada prinsip ini adalah memperkenalkan dan
membiasakan anak untuk menemukan berbagai permasalahan yang ada di lingkungannya dan berpikir untuk menemukan cara memecah-kannya. Kegiatan berpikir seperti ini dapat dilakukan melalui eksplorasi berbagai hal yang terjadi/ada dari lingkungannya, dari hal yang mudah/sederhana ke arah yang lebih kompleks/sukar.
8.      Pembelajaran inspiratif, menarik, kreatif dan inovatif
Anak adalah subjek dalam pembelajaran. Kegiatan-kegiatan pembelajaran perlu disiapkan untuk membangun rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis dan menemukan hal-hal yang baru.
9.      Memberikan ruang bagi anak untuk belajar secara aktif (active learning).
Dengan belajar dari sumber lingkungan sekitar dan lingkungan lain yang mendukung akan mendorong anak untuk menunjukkan aktivitas belajarnya. Anak akan berusaha mengamati, mencari dan menemukan berbagai pengetahuan dan konsep yang penting berkaitan dengan berbagai bidang perkembangan.[9]

4.                  Pendekatan Dan Metode pendidikan Berbasis Alam
A. Pendekatan Pendidikan Berbasis Alam
Beberapa pendekatan yang dapat dijadikan rujukan dalam pendidikan yang berbasis alam dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut :
1.      Pendekatan pedosentris versus materiosentris
Pendekatan pedosentris (Paedos berarti kesanggupan atau kemampuan anak, sentries artinya berpusat) sering dikenal dengan learner centered yakni cara memandang kegiatan pembelajaran yang bertumpu atau bertitik tolak dari kesanggupan atau kemampuan anak sebagai individu yang belajar. Hal ini berbeda dengan cara pandang dari materiosentris (Matero berarti materi atau bahan pembelajaran) yang menganggap bahwa segala pusat kegiatan pembelajaran harus dimulai dengan materi atau bahan pembelajaran. Guru tidak perlu memikirkan anak yang lambat, sedang atau cepat dalam menangkap materi atau bahan pembelajaran.
2.                    Pendekatan Child Centered versus teacher centered
Pendekatan child centered atau student centered merupakan suatu cara pandang yang menganggap bahwa pusat kegiatan pembelajaran bertitik tolak pada aktivitas anak (murid). Tugas guru yang utama menurut pandangan ini adalah menyusun dan menciptakan berbagai situasi dan fasilitas yang memungkinkan anak belajar. Pada sisi yang berlawanan, cara pandang teacher centered menekankan pusat kegiatan pembelajaran berada pada aktivitas guru dalam menguasai serta menyampaikan materi pembelajaran.
3.                    Pendekatan Discovery (penemuan) versus Ekspositori (penyajian)
Pendekatan Discovery dikenal juga dengan istilah pendekatan penemuan. Pendekatan ini mempunyai cara pandang yang memusatkan kegiatan pembelajaran pada upaya atau aktivitas anak didik untuk menemukan sendiri berbagai aspek pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai melalui berbagai pengalaman yang dirancang dan diciptakan guru. Adapun pendekatan ekspositori lebih memandang aktivitas pembelajaran sebagai kegiatan guru melakukan ekspose atau penyampaian pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai.
4.      Pendekatan Proses versus Pendekatan hasil
Pendekatan proses dalam pembelajaran berbasis alam mengisyaratkan bahwa kegiatan pembelajaran lebih mengedepankan pentingnya proses belajar sebagai proses pemerolehan berbagai ragam pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan oleh anak sendiri. Adapun pendekatan hasil lebih menekankan pentingnya hasil belajar tanpa begitu mempedulikan proses yang dilalui oleh anak dalam belajar.
5.      Pendekatan Kongkrit versus Pendekatan abstrak
Pendekatan kongkrit merupakan cara pandang dalam proses pembelajaran yang lebih mengupayakan pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan proses yang kongkrit. Melalui pendekatan ini, proses pembelajaran akan diupayakan sedemikian rupa sehingga menjadi suatu yang kongkrit bagi anak, terutama menjadi hidup dalam kehidupan sehari-hari. Adapun pendekatan abstrak merupakan cara pandangan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang lebih banyak menggunakan proses abstrak. Proses seperti ini memberikan pemahaman yang verbalisme pada anak tentang berbagai ragam pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan tertentu.
6.      Pendekatan Tematik
Pendekatan tematik merupakan suatu cara pandang dalam menyelenggarakan pembelajaran yang menggunakan berbagai konteks dalam kehidupan anak sehari-hari. Pendekatan pembelajaran tematik lebih mengutamakan pembahasan berbagai konteks yang dimaksud, terutama aspek pengalaman belajar siswa. Dengan demikian pembelajaran tematik menjadi bersahabat, menyenangkan, tetapi tetap bermakna bagi siswa.

B. Metode Pembelajaran Berbasis Alam
Metode merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran.
Metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis alam adalah:
1. Circle Time adalah salah satu metode belajar yang dapat digunakan dengan membuat formasi setengah lingkaran dimana guru dengan anak dapat berinteraksi secara langsung. Metode ini bertujuan untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangannya yaitu kognitif, emosi, sosial, terutama sekali kemampuan berbahasa serta menumbuhkan minat belajar dan partisipasi anak.
2. Metode proyek merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang menghadapkan anak pada persoalan sehari-hari yang ada dan harus dipecahkan baik secara individu maupun berkelompok. Metode ini merupakan salah satu bentuk pendekatan yang berpusat pada anak karena anak memiliki kesempatan untuk belajar mencari jalan keluar dari permasalahan yang mereka hadapi.
3.  Metode penemuan terbimbing lebih menekankan pada pengalaman belajar agar anak dapat menghasilkan pemecahan khusus, agar anak mampu menghubungkan dan membangun konsep melalui interaksi dengan orang lain dan objek. Contoh anak menemukan bahwa ukuran bentuk, dan warna berbeda melalui menemukan yang dibimbing oleh guru.
4. Metode diskusi yaitu menunjukan interaksi timbal balik antara guru dan anak, guru berbicara kepada anak berbicara pada guru, dan anak berbicara dengan anak yang lainnya.
5. Metode demonstrasi melibatkan satu orang anak untuk menunjukan kepada anak yang lain bagaimana bekerjanya sesuatu dan bagaimana tugas-tugas itu dilaksanakan. Guru menggunakan metoda demonstrasi untuk menggambarkan sesuatu yang akan dilakukan oleh anak.
6. Belajar kooperatif (Cooveratif learning) dapat diartikan anak-anak bekerjasama dalam kelompok kecil setiap anak dapat berpartisipasi dalam tugas-tgas bersama yang telah ditentukan dengan jelas tidak terus menerus dan diarahkan oleh guru melalui belajar kooperatif melibatkan anak untuk berbagi tanggungjawab.
 7. Metode eksploratori
metoda ini memungkinkan anak mengembangkan penyelidikan langsung yang berjalan dengan langkah-langkah sendiri, membuat keputusan apa yang telah dilakukan, bagaimana melakukannya dan kapan melakukannya melalui prakarsa sendiri anak meneliti orang, tempat, objek, peristiwa, sehingga anak dapat membangun pengetahuannya sendiri.
8. Metode problem solving (pemecahan masalah)
Pemecahan masalah merupakan suatu metoda yang memberi kesempatan kepada anak untuk memecahkan masalah sederhana melalui kegiatan merencanakan, meramalkan, membuat keputusan, mengamati hasil tindakannya.
9. Museum Anak (Child Museum)
Museum anak yang dimaksud di sini adalah kegiatan yang dilakukan anak melalui kegiatan pengumpulan benda-benda yang ada di lingkungan sekitarnya dan memamerkannya. Metoda ini memberikan kesempatan kepada anak dimana anak-anak dapat mengalami langsung sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Melalui metoda ini, anak dapat belajar menggali kembali pengetahuan, melalui benda-benda yang yang ada di lingkungan sekitarnya. Mereka dapat mencari, mengumpulkan dan memilah-milah atau mengelompokkan benda-benda yang ada di sekitarnya kemudian memamerkannya sehingga anak dapat langsung melihat, memegang, bahkan mengeksplorasi benda-benda yang menjadi pusat perhatiannya.[10]

BAB III
KESIMPULAN

1.        Pendidikan secara terminologis, merupakan proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien.
2.        Landasan Filosofis Pendidikan Berbasis Alam
-       Lingkungan alam (sebagai bahan mentah), lingkungan produsen atau lingkungan pengrajin (pengolah dan penghasil bahan mentah menjadi bahan jadi) serta lingkungan masyarakat pengguna bahan jadi (konsumen).
-       Filosof kedua ini berusaha mengembangkan konsep pendidikan yang dilakukan secara naturalistik atau alami.
-       Landasan filosofis ketiga:
1. Sekolah harus dihubungkan dengan kehidupan alam sekitar.
2. Pendidikan dan pengajaran agar didasarkan pada perkembangan anak.
3. Sekolah harus menjadi laboratorium bekerja bagi anak-anak.
4. Bahan-bahan pendidikan/pengajaran yang fungsional praktis.
3.        Prinship-prinship Pendidikan Berbasis Alam
a.       Berpusat pada perkembangan anak dan optimalisasi perkembangan
b.      Membangun kemandirian anak
c.       Belajar dari lingkungan alam sekitar
d.      Belajar dan bermain dari lingkungan sekitar
e.       Memanfaatkan sumber belajar yang mudah dan murah
f.       Pembelajaran menggunakan pendekatan tematik
g.      Membangun kebiasaan berpikir ilmiah
h.      Pembelajaran inspiratif, menarik, kreatif dan inovatif
i.        Memberikan ruang bagi anak untuk belajar secara aktif (active learning).
4.        Pendekatan dan Metode Pendidikan Berbasis Alam
Pendekatan:
-          Pendekatan pedosentris versus materiosentris
-          Pendekatan Child Centered versus teacher centered
-          Pendekatan Discovery (penemuan) versus Ekspositori (penyajian)
-          Pendekatan Proses versus Pendekatan hasil
-          Pendekatan Kongkrit versus Pendekatan abstrak
-          Pendekatan Tematik
Metode:
-          Circle Time                                                -Metode Proyek
-          Metode penemuan terbimbing                  -Metode Diskusi
-          Metode demonstrasi                                 -Belajar kooperatif
-          Metode eksploratori                                  -Metode problem solving
-          Museum Anak



DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azrumardi,  pendidikan Islam: Tradisi dan Modrnisasi menuju Milinium Baru, Jakarta: Logos. 2002.
al-Syaibaniy, Mohammad al-Toumy, Falsafat al-Tabiyah al-Islamiyah, (terj) Hasan Langgulung, Jakarta: bulan Bintang, 1979.
Basrowi dan Suko Susilo, Sosiologi Pendidikan, Mengapa Penting?. Bekasi: Pustaka Ilmu Nusantara, 2010.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. 1995.
Undang-Undang Sisdiknas, PDF
Badan Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta 2008.  http://www.scribd.com/doc/33666826/Model-PAUD-Berbasis-Alam , diakses tanggal 27 Juli 2011.




[1] Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 232.
[2] Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 232.
[3] Azrumardi Azra, pendidikan Islam: Tradisi dan Modrnisasi menuju Milinium Baru, Jakarta: Logos. Hlm 3.
[4] Mohammad al-Toumy al-Syaibaniy, Falsafat al-Tabiyah al-Islamiyah, (terj) Hasan Langgulung, (Jakarta: bulan Bintang, 1979),  hlm. 399
[5] Basrowi dan Suko Susilo, Sosiologi Pendidikan, Mengapa Penting?. (Bekasi: Pustaka Ilmu Nusantara, 2010) hlm 63.
[6] Undang-Undang Sisdiknas, PDF
[7] Badan Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta 2008. http://www.scribd.com/doc/33666826/Model-PAUD-Berbasis-Alam , diakses tanggal 27 Juli 2011.

[8] Badan Penelitian Dan Pengembangan… http://www.
[9] Badan Penelitian Dan Pengembangan… http://www.
[10] Badan Penelitian Dan Pengembangan… http://www.

Rossi vs Stoner...


Cerita perseteruan Valentino Rossi vs Casey Stoner merebak usai MotoGP Jerez lalu. Namun itu bukanlah yang pertama kali terjadi. Konfrontasi baik secara langsung maupun tidak, antara Rossi dan Stoner sudah pernah terjadi sebelumnya. Bukan apa-apa mbah hanya sekedar mengingatkan beberapa peristiwa tersebut, mbah hanya mencoba untuk menyajikannya kembali. Tanpa ada maksud untuk m...embenar-salahkan salah satu diantaranya.

Rossi tolak Stoner di Yamaha...
Sejak musim 2005, Yamaha sudah mulai kasak-kusuk mencari rider muda guna persiapan regenerasi seandainya Rossi benar-benar mewujudkan niatnya meninggalkan arena MotoGP menuju Formula 1 atau WRC.

Colin Edwars yang saat itu masih menjadi rider team pabrikan Yamaha mengusulkan nama Casey Stoner. Usulan ini didukung penuh oleh crew chief Jeremy Burgess. Bukan hanya karena mereka sama-sama orang Australia tetapi lebih karena Burgess melihat potensi luar biasa yang dimiliki Stoner.

Yamaha pun akhirnya mulai mendekati Stoner menjelang musim 2007. Namun ketika kedua pihak sudah mendekati kata sepakat, semuanya batal karena The Doctor mengeluarkan hak veto. Rossi tak mau satu team dengan Stoner. Alasannya saat itu adalah karena Rossi tak mau konsentrasi Burgess terpecah jika di paddock ada rider senegara dengan kepala mekaniknya.

Meski kecewa, Stoner menerima keputusan sepihak tersebut dan akhirnya bergabung dengan team Marlboro Ducati. Entah kebetulan atau ada faktor karma, Stoner langsung menjadi juara dunia saat debutnya bersama Ducati.

Insiden Laguna Seca
Pada seri-seri awal MotoGP 2008, Rossi masih kerepotan menghadang Stoner dengan Ducati-nya. Menjelang MotoGP Laguna Seca, Rossi mengungkapkan cara untuk mengalahkan rider Australia itu.

“Aku harus start 30 detik lebih awal atau tembak saja dia”, komentar Rossi saat itu dengan nada bercanda.

Yang terjadi kemudian saat race adalah Rossi benar-benar menembak Stoner. Bukan menembak badannya, tetapi menembak mentalnya. Rossi terus berusaha menghadang laju Stoner dengan berbagai manuvernya, termasuk memotong jalur di tikungan Corkscrew. Rossi pun sukses memenangkan duel maut itu.

Di podium, Casey secara langsung menyampaikan protesnya kepada Rossi. Dia menilai manuver-manuver Rossi sudah kelewat batas. Protes iti ditanggapi dingin oleh The Doctor. Baginya semua masih wajar-wajar saja. Pihak race direction pun sepertinya cuek terhadap masalah ini. Jangankan sangsi, teguran pun tak ada untuk kedua rider tersebut.

Sejak saat itu, suami Adriana ini berjanji kedepannya akan balapan dengan lebih agresif, karena toh secara regulasi itu sah-sah saja.

Stoner tinggalkan Ducati karena Rossi?
Berita tentang keinginan Ducati meminang Valentino Rossi sudah lama beredar. Sudah bukan rahasia lagi jika pabrikan asal Italia itu mengincar Rossi sejak musim 2003. Namun isu kepindahan Rossi ke Ducati semakin gencar sejak musim 2009.

Tahun 2010 lalu semuanya benar-benar terbukti. Ducati dan Stoner mengumumkan perpisahan mereka usai MotoGP Catalunya. Sesaat kemudian Honda mengumumkan bergabungnya Stoner mulai musim 2011. Sedangkan perpisahan Rossi dengan Yamaha untuk menuju Ducati baru diumumkan menjelang akhir musim, tepatnya usai MotoGP Brno. Sat itu Jeremy Burgess mengisyaratkan tidak akan ikut Rossi ke Ducati.

Sekilas semua nampak berjalan dengan wajar. Tapi bagaimanapun, sangat sulit untuk mengelak bahwa kepergian Stoner dari Ducati tak ada hubungannya dengan kedatangan Rossi kesana. Apalagi ketika akhirnya Burgess terbukti bersandiwara, karena bukan cuma dia yang meninggalkan Yamaha tetapi juga kru lainnya berbondong-bondong mengikuti The Doctor.

Nah, kekesalan Casey Stoner atas segala “ketidak adilan” yang dialaminya seperti memuncak usai insiden di sirkuit Jerez. Rasa emosi membuat Stoner bertindak “kurang dewasa” dengan memberikan applause negatif terhadap Valentino Rossi. Cuma jika tidak demikian, bisa jadi pihak yang berwenang tidak akan mengevaluasi insiden tersebut.