Pages

Rabu, 25 April 2012

12 Bentuk Dukungan Calon Ayah

KOMPAS.com - Salah satu kunci agar ibu hamil (bumil) merasa nyaman serta mampu memelihara emosi positif adalah dukungan suami. Apa saja bentuk dukungan yang dapat diberikan? Dr Ferdhy Suryadi Suwandinata, SpOG dari RS Grha Kedoya memberikan sejumlah sarannya:

1. Tidak merokok.
Mengubah kebiasaan memang tidak mudah, tapi patut dilakukan dan jika disertai niat yang kuat pasti berhasil. Perlu diingat, zat utama dalam rokok, yaitu nikotin, menimbulkan efek negatif pada janin, bahkan bisa lahir dengan berat badan rendah, dan kelak sang buah hati lebih rentan mengalami masalah kesehatan. Kalaupun terasa sulit untuk berhenti merokok, hindarilah berdekatan dengan ibu hamil sehingga asap rokok tak terisap olehnya, bahkan janin.

2. Memerhatikan asupan makanan bumil.
Anjurkan bumil mengonsumsi makanan bergizi seimbang. Perhatikan pula asupan asam folat, yaitu 400 mikrogram per hari, yang berperan penting dalam pembentukan sistem saraf janin. Kandungan zat gizi ini dapat diperoleh dari sayuran hijau seperti brokoli, bayam, kacang-kacangan, dan hati, selain juga susu khusus bumil.

3. Mengingatkan istirahat yang cukup.
Istirahat yang cukup selama hamil sangat penting. Jam biologis yang berubah dapat memengaruhi produksi hormon yang otomatis akan memengaruhi janin. Jadi, ingatkan bumil bila aktivitasnya terlihat lebih tinggi dan minta ia istirahat.

4. Mengajak berolahraga.
Olahraga akan membuat bumil tetap sehat, bugar, serta metabolisme tubuh berjalan baik dan otot-otot tetap terlatih. Ajaklah dan dampingi ia selama berolahraga, entah itu berjalan kaki, berenang, yoga, dan lainnya

5. Berempati pada periode mual muntah.
Ini gejala umum yang dialami ibu hamil terutama di awal kehamilan. Bersikaplah empati dengan menawarkan hal-hal yang mungkin meringankan mual muntah bumil, seperti membuatkan teh hangat, mengupaskan jeruk, dan sebagainya.

6. Bijak menyikapi perilaku mengidam.
Mengidam lebih dikarenakan faktor psikologis, bumil menjadu manja dan lebih sensitif. Lebih baik ikuti atau turuti saja keinginan istri selama masih dalam batas wajar. Jika mengidamnya berlebihan, coba beri pengertian secara baik-baik agar bisa dipahami bumil.

7. Mendampingi saat konsultasi.
Usahakan selalu mendampingi bumil saat kunjungan ke dokter. Selain memberikan dukungan dan perhatian pada bumil, suami juga bisa ikut mengetahui tumbuh kembang janin, mendapat informasi dari dokter mengenai gejala yang mungkin dialami istri di periode kehamilan, apa saja yang perlu dilakukan dan lain sebagainya. Suami pun dapat membantu istri menyiapkan pertanyaan agar tidak lupa atau terlewat saat konsultasi.

8. Ikut menstimulasi janin.
Bukan hanya ibu, ayah pun perlu mengajak bicara janin, memperdengarkan musik atau nyanyian, membacakan cerita, mengelus-elus, menepuk-nepuk lembut dan lainnya.

9. Ikut kelas prenatal.
Tak perlu malu atau gengsi mengikuti instruksi bidan saat membantu gerakan senam hamil karena aktivitas ini sangat bermanfaat bagi bumil untuk memperlancar proses kehamilan dan persalinan kelak. Kelas prenatal yang bisa diikuti ayah, antara lain senam hamil, prenatal yoga, dan terapi relaksasi.

10. Rajin memijat ibu.
Menurut penelittian Field (2004), seperti ditulis dalam buku Gentle Birth karya Yesie Aprilia SSiT, MKes, ibu yang mendapatkan pijatan dari suami dan pendampingan selama proses persalinan mengalami penurunan depresi, kecemasan, nyeri serta perasaan negatif. Tak hanya itu, lamanya waktu persalinan menjadi lebih pendek, yakni 8 jam dibandingkan yang tidak didampingi (11 jam).

11. Menyusun rencana melahirkan.
Sebaiknya siapkan dana terhitung mulai proses merencanakan kehamilan untuk keperluan konsultasi ke dokter selama sembilan bulan kehamilan, dana persalinan, hingga dana pascalahir seperti selamatan tujuh bulan.

12. Mendampingi di hari kelahiran.
Suami yang hadir pada saat persalinan dapat memotivasi dan menguatkan istri agar proses yang dijalani berjalan lancar serta mengurangi rasa takut dan sakit karena istri mendapat dukungan secara psikis.

(Tabloid Nakita/Hilman Hilmansyah)

Anak Butuh Ayah Bukan untuk Ditakuti

KOMPAS.com - Sosok Ayah dibutuhkan oleh anak-anak di rumah, terutama bagi anak laki-laki yang perlu mendapatkan role model. Karenanya, Ayah dan Ibu memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama dalam pengasuhan.


Umumnya, anak-anak lebih dekat dengan Ibu karena sosok inilah yang selalu mendampinginya, apalagi jika Ayah bekerja dan Ibu adalah seorang ibu rumah tangga. Alhasil, anak-anak akan merasa lebih akrab dan membuatnya melakukan apa saja yang disukainya bersama sang Ibu. Anak-anak juga terkadang merasa lebih lepas mengungkapkan perasaannya. Ia bisa menangis, merengek, kepada ibunya dan kadang mengacuhkan atau tak mendengarkan anjuran sang ibu.


Pada kondisi inilah sosok Ayah juga dibutuhkan. Tentunya Ayah juga harus membangun kedekatan dan ikatan emosional dengan anak. Namun, sosok Ayah umumnya berbeda di mata anak. Ayah lebih disegani oleh anak. Jangan heran jika sekali saja Ayah memerintah, anak-anak cenderung mematuhinya.


Presenter dan bintang iklan, Donna Agnesia mengatakan anak-anak butuh sosok yang bisa diseganinya. Ketiga anak saya lebih merasa segan dengan bapaknya. "Bapak menjadi sosok tegas di rumah, yang sebenarnya memang dibutuhkan anak-anak," jelas Donna dalam acara talkshow di kegiatan Family's Day Out di Mal Ciputra Jakarta beberapa waktu lalu.


Meski sosok tegas yang disegani bisa didapatkan dari Ayah, sebaiknya para Ayah juga bisa mengimbanginya dengan memainkan peran sebagai Ayah yang peduli dan tak sungkan mengungkapkan kasih sayang. Dr Ariani Dewi Widodo, SpA dari Klinik Tumbuh Kembang dan RS Grha Kedoya mengingatkan, ketegasan sosok Ayah sebaiknya tak menjadi momok menakutkan bagi anak.


"Hati-hati agar sikap tegas ini tidak jadi momok menakutkan. Ayah juga harus menunjukkan kasih sayang kepada anak, tidak menyeramkan namun tetap tegas," jelasnya.


Dr Ariani melanjutkan, sebisa mungkin anak-anak tidak punya ketakutan terhadap berbagai hal. Termasuk dari perilaku orangtua saat mengasuh anak-anak. Pengasuhan yang keliru, baik ditunjukkan melalui perilaku kekerasan, verbal maupun fisik dapat menimbulkan ketakutan dan trauma pada anak. Trauma ini punya dampak besar terhadap kepribadian anak hingga dewasa kelak.