Pages

Senin, 13 Juni 2011

RESUME PESIKOLOGI PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.                PERLU DAN PENTINGNYA PESIKOLOGI PENDIDIKAN
Adalah keharusan bagi setiap pendidik yang bertanggung jawab, bahwa dia dalam melaksanakan tugasnya harus berbuat dalam cara yang sesuai dengan “keadaan” si anak didik. Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memahami sesama manusia, dengan tujuan untuk dapat memperlakukannya dengan lebih baik.

B.                 RUANG LINGKUP PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Smith (pintner dkk., 1953, p, ix) menggolongkan-golongkan persoalan yang dikupas oleh ahli-ahli yang diselidikinya menjadi 16 macam, yaitu:
1.      The Science of educational psychologi
2.      Heredity
3.      Physical strukture
4.      Growth
5.      Behavior processed
6.      Nature and scope of learning
7.      Factor that condition learning
8.      Law and theories of learning
9.      Measurement: Basic principles and definitions
10.  Transfer
11.  Practicial aspect of measurement
12.  Element of statistik
13.  Mental bygiene
14.  Caracter education
15.  Psycologi of scondary school subjek
16.  Psycologi of elementari school subjek.







                                                                                                            


BAB II
SIFAT-SIFAT UMUM AKTIFITAS MANUSIA

A.                PERHATIAN
1.                  Pengertian
a.       Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu objek (lihat Stern, 1950, p. 653, dan bigot, 1950, hlm. 163)
b.      Perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktifitas yang dilakukan.

2.                  Macam-macam Perhatian
a.         Atas dasar intensitasnya, yaitu banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktifitas atau pengalaman batin, maka dibedakan menjadi:
(1)   Perhatian intensif, dan
(2)   Perhatian tidak intensif.
Ternata semakin intensif perhatian yang menyertai sesuatu aktivitas akan makin sukseslah aktivitas itu.
b.      Atas dasar cara timbulnya, perhatian dibedakan menjadi:
(1)   Perhatian sepontan (perhatian tak-sekehendak, perhatian tak disengaja).
(2)   Perhatian sekehendak (perhatian disengaja, perhatian refleksi).
c.       Atas dasar luasnya objek yang dikenai perhatian, perhatian dibedakan menjadi:
(1)   Perhatian terpancar (distribusif)
(2)   Perhatian terpusat (konsentratif).

3.                  Hal-hal yang menarik perhatian
a.       Dipandang dari segi objek, maka dapat dirumuskan bahwa “hal yang menarik perhatian adalah hal yang keluar dari konteksnya” atau kalau dikatakan secara sederhana hal yang menarik perhatian adalah hal nyang lain dari lain-lainnya. 
b.      Dipandang dari subjek yang memperhatikan maka dapat dirumuskan bahwa:
Hal yang menarik perhatian adalah yang sangat bersangkut paut dengan pribadi si subjek.

4.                  Beberapa kesimpulan praktis
a.       Aktivitas yang disertai dengan perhatian intensif akan lebih sukses, prestasinya lebih tinggi.
b.      Perhatian spontan atau perhatian tak disengaja cenderung berlangsung lebih lama dan lebih intensif daripada perhatian yang disengaja.
c.       Dalam kenyataannya sebagian besar pelajaran justru diterima oleh murid dengan perhatian yang disengaja; karena itu guru atau pendidik seharusnya selalu brusaha menarik perhatian anak-anaknya didiknya.

B.                 PENGAMATAN
1.                  Pengertian
a.       Pengaturan menurut sudut pandangan ruang. Menurut pandangan ruang ini dunia pengamatan dilukiskan dalam pengertian-pengartian: atas-bawah, kiri-kanan, jauh-dekat, dan sebagainya.
b.      Pengatuan menurut sudut pandang waktu. Menurut sudut pandang waktu ini dunia pengamatan dilukiskan dengan pengertian-pngertian: masa lampau, kini, dan masa yang akan datang dalam berbagai variasinya.
c.       Pengaturan menurut sudut pandang gestalt. Suatu gestalt adalah sesuatu yang merupakan kebulatan dan dapat brdiri sendiri lepas dari yang lain, misalnya rumah, orang, meja dan lain sebagainya.
d.      Pengaturan menurut sudut arti. Objek-objek yang diamati adalah kita beri arti atau kita amati menurut artinya.

2.                  Penglihatan 
1.      Melihat bentuk
Yang dimaksud dengan mlihat bentuk di sini ialah melihat objek yang berdimensi dua.
2.      Melihat Dalam
Yang dimaksud melihat dalam ialah melihat objek berdimensi tiga. Salah satu gejala terpenting di sini adalah konstansi.
3.      Melihat Warna
(1). Nilai efektif warna
Masing-masing warna mempunyai nada dan membentuk medan tingkah laku, memberi corak kepada perbuatan atau reaksi orang.
            (2). Nilai lambang warna
            Warna mempunyai sifat-sifat potensial dalam abstracto. Misalnya:
-          Warna hitam melambangkan kegelapan, kesedihan;
-          Putih melambangkan kesucian, cahaya;
-          Merah melambangkan sifat-sifat ekspansif, dominan, vital, berani;
-          Kuning melambangkan hal-hal atau benda-benda yang bersifat bercahaya, ringan, riang;
-          Biru melambangkan sifat-sifat dalam tak terhingga, tenang, kesosialan;
-          Hijau melambangkan keseimbangan, keselarasan, ketenangan, harapan;
-          Dan sebagainya.
3.                  Pendengaran
Modalitas pengamatan yang kedua adalah pendengaran. Mendengar adalah menangkap bumyi-bunyi (suara) dengan indera pendengar. Bunyi dapat berfungsi dua macam, yaitu:
(a)    Sebagai tanda (signal), dan
(b)   Sebagai lambang.
Bunyi atau suara dapat digolongkan atas dasar dua cara, yaitu:
(a)    Berdasarkan atas keteraturan dapat kita bedakan antara:
(1)   Gemerisik
(2)   Nada.
(b)   Selanjutnya nada biasa dibeda-bedakan atas dasar:
(1)   Tinggi rendahnya, yang tergantung kepada besar kecilnya frkuensi;
(2)   Intensitasnya, yang tergantung kepada ampitudonya;
(3)   Timbrenya, yang tergantung kepada kombinasi bermacam-macam frekuensi dalam tinggi rendahnya suara.

4.                  Rabaan
Istilah raba mempunyai dua arti, yaitu:
a.       Meraba sebagai perbuatan aktif, yang meliputi juga indera keseimbangan atau kinestesi, dan
b.      Pengalaman raba secara pasif, yang mlingkupi pula beberapa indera, atau kemampuan lain, yaitu:
(1)   Indera untuk sentuh dan tekanan,
(2)   Indera untuk mengamati panas,
(3)   Indera untuk mengamati dingin,
(4)   Indera untuk merasa sakit,
(5)   Indera untuk vibrasi.

5.                  Pembauan (penciuman)
Kualitas bau bisa dikatakan tak terhingga variasinya biasanya para ahli yang melakukan penelitian dalam hal ini membuat atas dasar bau utama yang mempunyai sifat khas.

6.                  Pencecapan
Dalam kehidupan sehari-hari variasi rasa penccapan itu dibedakan menjadi banyak sekali, akan tetapi indera pencecap terutama hanya peka terhadap empat macam rasa pokok, yaitu:
(1)   Manis,
(2)   Asam,
(3)   Asin, dan
(4)   Pahit.

7.                  Beberapa masalah praktis
a.       Pengamatan merupakan pintu gerbang untuk masuknya pngaruh luar, baik pengaruh dunia fisis, pengalaman, maupun pendidikan. Dengan jalan mengamati anak didik belajar mengenal dunia sosial dan dunia nonsosial, dengan mengamati mereka menerima pelajaran-pelajaran.
b.      Terlebih-lebih bagi anak-anak, peranan panca indera dalam menerima pendidikan atau blajar itu boleh dikata bersifat menentu.
c.       Diantara kelima modalitas pengamatan yang paling penting perantaranya adalah penglihatan dan pendengaran. Karenenya dalam pelaksanaan tugas pendidikan dan penyajian bahan plajaran kedua fungsi tersebut harus dinomorsatukan.

C.                 TANGGAPAN DAN VARIASINYA
1.      Pengertian Tanggapan
Tanggapan biasanya didefinisikan sebagai bayangan yang tinggal dalam ingatan setelah kita melakukan pengamatan (Bigot., 1950:72)

2.      Bayangan Pengiring
Bayangan pengiring adalah bayangan yang timbul setelah kita melihat sesuatu warna. Bayangan pengiring itu ada dua macam, yaitu:
(1)   Bayangan pengiring positif, yaitu bayangan pengiring yang sama dengan warna objeknya.
(2)   Bayangan pengiring negatif, yaitu bayangan pengiring yang tidak sama dengan warna objeknya.

3.                  Bayangan Eidetik
Bayangan eidetik adalah bayangan yang sangat jelas dan hidup, sehingga menyerupai dengan pengamatan


D.                FANTASI
1.                  Pengertian
Biasanya fantasi didefinisikan sebagaidaya untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru dalam pertolongan tanggapan-tanggapan yang sudah ada, dan tanggapan baru itu tidak harus sesuai dengan benda-benda yang ada.

2.                  Klasifikasi
Secara garis besar fantasi dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu:
(1)   Fantasi tak disadari : fantasi yang terjadi dengan tak disengaja, jadi orang melampaui dunia riil dengan tak disengaja.
(2)   Fantasi disadari : yaitu fantasi yang terjadinya dngan sengaja, dan usaha dari subjek untuk masuk ke dunia imajiner.

3.                  Nilai Praktis Fantasi
(a)    Fantasi memungkinkan orang menempatkan diri dalam hidup kepribadian orang lain.
(b)   Fantasi memungkinkan orang untuk menyelami sifat-sifat kemanusiaan pada umumya.
(c)    Fantasi memungkinkan orang untuk melepaskan diri dari ruang dan waktu.

4.                  Beberapa Catatan Praktis
(a)    Mengingat besarnya faedah fantasi bagi kehidupan manusia sehari-hari.
(b)   Dalam pada itu harus dijaga, supaya perkembangan fantasi tetap sehat, tetap dalam rangka yang berguna bagi kehidupan para anak didik kita.
(c)    Generasi muda kita harus dididik untuk menghadapi hidup dengan optimisme.

E.                 INGATAN
1.                  Pengertian
Secara teori dapat kita bedakan adanya tiga aspek dalam berfungsinya ingatan itu, yaitu:
a.       Mencamkan, yaitu menerima kesan-kesan.
b.      Menyimpan kesan-kesan.
c.       Memproduksi kesan-kesan.
Atas dasar inilah, maka biasanya maka ingatan didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan.

2.                  Mencamkan
Menurut terjadinya, mencamkan itu dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a.       Mencamkan yang sekehendak, dan
b.      Mencamkan yang tidak sekehendak.
Mencamkan yang tidak sekehendak atau tidak disengaja itu artinya dengan tidak dikehendaki, tidak sengaja memperoleh pengetahuan. Mencamkan dengan sengaja ini biasanya kita sebut dngan menghafal.
Hal-hal yang dapat membantu menghafal atau mencam adalah:
a.       Menyuarakan menambah pencaman.
b.      Pembagian waktu belajar yang tepat dapat menambah pencaman.
c.       Menggunakan metode belajar yang tepat mempertinggi pncaman. Dalam hubungan ini kita mengenal tiga macam metode belajar, yaitu:
(1)   Metode keseluruhan atau metode G (Ganzelern metode) yaitu menghafal dengan berulang-ulang dari awal hingga akhir.
(2)   Metode bagian atau T (Teillern methode) yaitu menghafal sebagian.
(3)   Metode campuran atau metode V (Vermittelendelern-methode) yaitu menghafal bagian-bagian yang sukar dahulu, selanjutnya dipelajari dengan metode keseluruhan.

3.                  Mengingat dan Lupa
Soal mengingat dan lupa biasanya juga ditunjukkan dngan satu pengertian saja, yaitu retensi, karena memang sebenarnya kedua hal tersebut hanyalah memandang hal yang satu dan sama dari sgi yang brlainan. Hal yang diingat adalah hal yang tidak dilupakan, dan hal yang dilupakan adalah hal yang tidak diingat.

4.                  Reproduksi
Reproduksi adalah pengaktifan kembali hal-hal yang telah dicamkan. Dalam reproduksi ada dua bentuk, yaitu:
a.       Mengingat kembali
b.      Mengenal kembali
Adapun beda antara mengingat kembali dan mengenal kembali ialah:
a.       Pada mngingat kembali tak ada objek yang dapat dipakai sebagai tumpuan atau pegangan dalam melakukan reproduksi itu.
b.      Pada mengenal kembali ada sesuatu yang dapat dipakai sebagai tumpuan dalam melakukan reproduksi itu sebagai objek untuk mencocokkan.

5.                  Asosiasi
Asosiasi adlah hubungan antara tanggapan yang satu dengan tanggapan yan lainnya dalam jiwa. Menurut ahli psikologi asosiasi antara tanggapan-tanggapan itu ada semacam kekuatan halus yang menyebabkan bahwa bila salah satu dari tanggapan-tanggapan itu masuk kedalam kesadaran, maka tanggapan itu “memanggil” tanggapan yang lain dan membawanya ke dalam kesadaran.
Adapun hukum-hukum asosiasi itu adalah:
a.       Hukum sama dan serentak
b.      Hukum berurutan
c.       Hukum kesamaan atau kesesuaian
d.      Hukum berlawanan
e.       Hukum sebab akibat.

6.                  Catatan Praktis
a.       Pada waktu menghafal hendaklah kondisi-kondisi diatur sedemikian rupa, sehingga dapat dicapai hasil maksimal.
b.      Memproduksi dapat diperlancar dengan memperkaya atau menyempurnakan bahasa.
c.       Mengingat akan peranan interfrensi dapatlah diatur waktu-waktu untuk belajar sebaik mungkin, sehingga hal-hal yang dipelajari dapat tertanam benar-benar.
d.      Individu-individu berbeda-beda dalam kemampuan mengingat, tapi tiap orang dapat meningkatkan kemampuan mengingatnya dengan pengaturan kondisi yang lebih baik dan penggunaan metode yang lebih tepat.

F.                  BERPIKIR
1.                  pengertian
a.       Bahwa berpikir adalah aktifutas, jadi subyek yang berfikir aktif, dan
b.      Bahwa aktifitas itu sifatnya ideansional, jadi bukan sensoris dan bukan motoris, walaupun dapat disertai oleh kedua hal itu; berpikir itu menggunakan abstraksi-abstraksi atau “ideas”.
Berpikir adalah proses yang dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses atau jalannya.

2.                  Proses Berpikir
Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah, yaitu:
a.       Pembentukan Pengertian
Pengertian, atau lebih tepatnya disebut pengertian logis dibentuk sebagai berikut:
1.      Menganalisis ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis.
2.      Membandingkan ciri-ciri tersebut untuk diketemukan ciri-ciri manusia yang sama.
3.      Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri-cirinya yang tidak hakiki.

b.      Pembentukan Pendapat
Membentuk pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih.
Selanjutnya pendapat dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
(1)   Pendapat afirmatif atau positif, yaitu pendapat yang meng-yakan, yang secara tegas menyatakan keadaan sesuatu.
(2)   Pendapat negatif, yaitu pendapat yang menindakkan, yang scara tegas mnerangkan tentang tidak adanya sesuatu sifat pada sesuatu hal.
(3)   Pendapat modalitas atau kebarangkalian, yaitu pendapat yang menerangkan kebarangkalian, kemungkinan-kemungkinan sesuatu sifat pada suatu hal.

c.       Penarikan Kesimpulan atau Pembentukan Keputusan
Keputusan ialah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Ada tiga macam keputusan, yaitu:
(1)   Keputusan induktif, yaitu keputusan yang diambil dari pendapat-pendapat khusus menuju ke satu pendapat umum. Misalnya:
Tembaga dipanaskan memuai.
Perak dipanaskan memuai,
Besi dan kuningan dipanaskan memuai.
Jadi (kesimpulannya): semua logam kalau dipanaskan memuai (umum).
(2)   Keputusan deduktif, ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus, jadi berlawanan dengan keputusan induksi. Misalnya:
Semua manusia mati (umum), si Mustaqim adalah manusia, jadi pada suatu kali si Mustaqim akan mati.
(3)   Keputusan analogis, ialah keputusan yang diperbolehkan dengan jalan membandingkan atau menyesuaikan dengan pendapat-pendapat khusus yang telah ada.

G.                PERASAAN
1.                  Pengertian
Perasaan biasanya didfinisikan sebagai gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal, dan dialami dalam kualitas senang dalam berbagai taraf.

2.                  Macam-macam Perasaan
a.       Perasaan-perasaan jasmaniah (rendah)
(1)   Perasaan-perasaan indriah, yaitu Perasaan-perasaan yang berhubungan dengan perangsangan terhadap pancaindera.
(2)   Perasaan vital, yaitu Perasaan-perasaan yang brhubungan dengan keadaan jasmani pada umumnya.
b.      Perasaan-perasaan rohaniah
(1)   Prasaan intelektual
Perasaan intelektual ialah perasaan yang bersangkutan dengan kesanggupan intelek (pikiran) dalam menyelesaikan problem-problem yang dihadapi.
(2)   Perasaan kesusilaan
Perasaan kesusilaan atau disebut juga perasaan etis ialah perasaan baik-buruk.
(3)   Perasaan keindahan
Perasaan keindahan yaitu perasaan yang menyertai atau yang timbul karena seseorang menghayati sesuatu yang indah atau tidak indah.
(4)   Perasaan sosial
Perasaan sosial adalah perasaan yang mengikatkan individu dengan sesama manusia.
(5)   Perasaan harga diri
Perasaan harga diri ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu perasaan harga diri yang positif dan perasaan diri yang negatif.

(6)   Perasaan keagamaan
Perasaan keagamaan yaitu perasaan yang bersangkut paut dengan kepercayaan seseorang tentang adanya Yang Maha Kuasa.

3.                  Beberapa Catatan Praktis
a.       Perasaan melatar belakangi dan mendasari aktivitas-aktivitas manusia.
b.      Perasaan-perasaan rohaniah harus diperkembangkan sbaik-baiknya.
c.       Perasaan-perasaan tertentu sangat jelas perkembangannya pada masa remaja.
d.      Secara ideal, perasaan-perasaan itu harus diperkembangkan secara seimbang dan selaras.

H.                MOTIF-MOTIF
1.                  Pengertian
Motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendoakan individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai sesuatu tujuan.

2.                  Macam-macam Motif
a.       Menurut Woodworth dan Marquis (1955: 301-333) motif itu dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
(1)   Kebutuhan-kebutuhan organik,
(2)   Motif darurat
(3)   Motif-motif objektif
b.      Pengelolaan lain didasarkan atas terbentuknya motif-motif itu. Berdasarkan atas hal ini dapat dibedakan adanya dua macam motif itu, yaitu: motif-motif bawaan dan motif-motif yang dipelajari
c.       Berdasarkan atas jalarannya, maka orang membedakan adanya dua macam motif, yaitu:
(1)   Motif-motif ekstrintik, yaitu motif-motif yang berfungsinya karena adanyavperangsang dari luar.
(2)   Motif-motif instrinstik, yaitu motif-motif yang berfungsi tidak usah dirangsang dari luar.
d.      Ada juga ahli yang menggolongkan motif-motif itu menjadi dua macam:
(1)   Motif jasmaniah, seperti refleks, otomatisme, nafsu, hasrat dan sebagainya.
(2)   Motif rohaniah, yaitu kemauan.
Kemauan itu terbentuk empat momen:
(a)    Momen timbulnya alasan-alasan.
(b)   Momen pilih, yaitu keadaan di mana ada alternatif-alternatif.
(c)    Momen putusan
(d)   Momen terbentuknya kemauan.

3.                  Catatan Praktis
a.       Aktivitas yang didorong oleh motif instrinstik ternyata lebih sukses daripada yang didorong oleh motif ekstrinstik.
b.      Sedapat mungkin harus kita hindarkan sugesti-sugesti yang negatif dan kita gunakan sugesti-sugesti positif.
c.       Persaingan yang sehat, baik antarindividu maupun antar-kelompok, dapat meningkatkan motif untuk belajar.
d.      Juga self-competition (dengan mempergunakan grafik presentasi misalnya) sangat berguna.
e.       Pada hal-hal yang tujuannya jauh, sebaiknya kita buatkan tujuan-tujuan sementaranya.
f.       Diskusi yang terbimbing mengenai aspirasi yang dikehendaki juga sangat baik untuk memperkembangkan motif itu.







BAB III
SIFAT-SIFAT KHA KEPRIBADIAN MANUSIA
A.                BEBERAPA TEORI TIPOLOGI
1.                  Teori Hippocrates – Galenus
Terpengaruh oleh kosmologi Empedokles, yang yang menganggap bahwa alam semesta beserta isinya ini tersusun atas empat unsur pokok, yaitu tanah, air, udara, dan api yang masing-masing mendukung sifat tertentu, yaitu tanah mendukung sifat kering, air mendukung sifat basah, udara mendukung sifat dingin dan api mendukung sifat panas, maka Hippocrates (460-370) berpendapat, bahwa di dalam tubuh manusia juga terdapat sifat-sifat tersebut yang didukung oleh cairan-cairan yang ada dalam tubuh, yaitu:
-          Sifat kering didukung oleh chole,
-          Sifat basah didukung oleh melanchole,
-          Sifat dingin didukung oleh phlegma, dan
-          Sifat basah didukung oleh sanguis.
Galenus (129-200) menyempurnakan pendapat Hipocrates tersebut. Sependapat dengan Hippocrates Galenus berpendapat, bahwa di dalam tubuh manusia terdapat empat macam cairan pokok, yaitu chole, melanchole, phlegma, dan sanguis.

2.                  Tipologi Mazhab Italia dan Mazha Perancis
a.       Tipologi Mazhab Italia
(1)   Microsplanchnis: ukuran-ukuran menegak relatif dominan, sehingga orangnya kelihatan tinggi jangkung.
(2)   Macrosplanchnis: ukuran-ukuran mndatarnya relatif dominan, sehingga orangnya klihatan pendek gemuk.
(3)   Normosplanchnis: ukuran-ukuran menegak dan mendatar seimbang, sehingga orangnya kelihatan seimbang.
b.      Tipologi Mazhab Perancis
Mazhab perancis yang dipimpin oleh sigaud berpendapat, bahwa keadaan serta bentuk tubuh manusia serta kelainan-kelainan itu pada pokoknya ditentukan oleh sekitar atau lingkungan.
(1)   Ada lingkungan yang berwujud udara yang menjadi sumber reaksi respiratoris.
(2)   Ada sekitar yang berwujud makanan-makanan yang menjadi sumber reaksi-reaksi digestif.
(3)   Ada lingkungan yang berwujud keadaan-kadaan alam yang menjadi sumber reaksi-reaksi muskuler.
(4)   Ada lingkungan yang berwujud keadaan sosial yang menimbulkan reaksi-reaksi cerebal.

3.                  Tipologi Kretschmer
a.                   Tipe-tipe Manusia Menurut Keadaan Jasmaniahnya
Berdasarkan atas penelitiannya terhadap orang-orang yang dirawatnya (N=260), maka Kretschmer menggolong-golongkan manusia atas dasar bentuk tubuhnya menjadi empat:
(1)   Piknis atau stenis,
(2)   Leptosom atau astenis,
(3)    Atletis, dan
(4)   Displastis.

b.                  Tipe-tipe Manusia Menurut Temperamennya
Menurut temperamennya manusia dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
(1)   Golongan yang bertemperamen schizothym, golongan ini sukar mengadakan kontak dengan dunia sekitarnya, suka mengasingkan diri, menutup diri.
(2)   Golongan yang bertemperamen cyklothym, golongan ini mudah mengadakan kontak dengan dunia luar, mudah bergaul, ramah, biasanya menyenangkan.

c.                   Hubungan Antara Keadaan Jasmani dan Temperamen
(1)   Orang-orang yang berkonstitusi piknis kebanyakan bertemperamen cyklothym, atau Orang-orang yang bertemperamen cyklothym, kebanyakan bertemperamen piknis.
(2)   Orang-orang yang berkonstitusi leptosom, atletis, dan displastis kebanyakan bertemperamen schizothym, atau Orang-orang yang bertemperamen schizothym kebanyakan berkontitusi leptosom, atletis, dan displastis.

4.                  Teori sheldon
a.                   Komponen-komponen Kejasmanian
(1)   Komponen-komponen Kejasmanian Primer, yang terdiri dari:
a.      Endomorphy,
b.      Mesomorphy, dan
c.       Ectomorphy.
(2)   Komponen-komponen Kejasmanian sekunder, yang terdiri dari:
a.       Dysplasia,
b.      Gynandromorphy, dan
c.       Texture.
(3)   Komponen-komponen Psikiatris, yang terdiri atas:
a.       Affectiv,
b.      Paranoid, dan
c.       Heboid.

b.                  Komponen-komponen Temperamen
Terdiri atas tiga macam komponen, yaitu:
(1)   Viscerotonia,
(2)   Cerebrotonia, dan
(3)   Somatotonia.

c.                   Komponen-komponen Psikiatris
a.       Affective, bentuknya ekstrem terdapat pada para penderita psikosis jenis manis-depresif.
b.      Paranoid, yang bentuk ekstremnya terdapat pada para penderita psikosis jenis paranoid, yaitu banyak angan-angan, pikiran, gambaran yang jauh dari kenyataan.
c.       Heboid, yaitu yang bentuk ekstremnya terdapat pada para penderita hebephrenia, yaitu suatu bentuk daripada schzoprenia (a sosial, antisosial).

5.                  Beberapa Tipologi yang Berdasarkan Keadaan Kejiwaan Semata-mata
1.      Tipologi Plato
Plato membedakan adanya tiga bagian jiwa, yaitu:
(1)   Pikiran (logos) yang berkdudukan di kepala;
(2)   Kemauan (thumos), yang berkedudukan di dada;
(3)   Hasrat (epithumid), yang berkedudukan di perut.
Atas dasar dominasi salah daripada ketiga bagian jiwa itu, maka manusia dapat digolongkan menjadi tiga tipe:
(1)   Orang yang terutama dikuasai oleh pikir,
(2)   Orang yang terutama dikuasai oleh kemauan,
(3)   Orang yang terutama dikuasai oleh hasrat.
2.      Tipologi Queyrat
(1)   Salah satu daya yang dominan
a.       Tipe mediatif, atau intelektual, di mana daya kognitif dominan;
b.      Tipe emosional, di mana daya efektif dominan;
c.       Tipe aktif, di mana daya konatif dominan.
(2)   Dua daya dominan
a.       Tipe mediatif-emosional atau sentimental; daya kognitif dan afektif dominan.
b.      Tipe aktif-emosional atau garang: daya konatif dan afektif dominan;
c.       Tipe aktif-mediatif: daya konatif an kognitif dominan.
(3)   Ketiga daya itu ada dalam proposi yang seimbang:
a.       Tipe seimbang
b.      Tipe amorph, dan
c.       Tipe aphatis.
(4)   Ketiga daya itu ada atau berfungsi secara tak menentu:
a.       Tipe tak stabil
b.      Tipe tak teguh hati, dan
c.       Tipe kontradiktoris.
(5)   Ada tiga macam tipe yang tidak sehat, yaitu;
a.       Tipe hypochondris,
b.      Tipe melancholis, dan
c.       Tipe hysteris.
Ke sembilan tipe yang pertama adalah tipe-tipe orang sehat, tiga tipe berikutnya adalah tipe-tipe orang yang setengah sakit, sedangkan tiga yang paling akhir adalah tipe-tipe orang yang menderita sakit jiwa.

3.      Tipologi Malapert
Pendapat Malapert itu dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
(a)    Tipe intlektual terditi atas:
-        Golongan analisis
-        Golongan reflektif.
(b)   Tipe afektif, yang terdiri atas:
-        Golongan emosional
-        Golongan bernafsu
(c)    Tipe volunter, yang terdiri atas:
-        Golongan tanpa kemauan
-        Golongan besar kemauan.

(d)   Tipe aktif, terdiri atas:
-        Golongan tak aktif,
-        Golongan aktif.

6.                  Tipologi Heymans
Heymans berpendapat bahwa manusia itu sangat berlain-lainan kepribadiannya, dapat dikatakan sebanyak orangnya, namun secara garis besarnya dapar digolongkan ke dalam tipe-tipe tertentu.
(a)    Emosionalitas, yaitu mudah atau tidaknya perasaan orang terpengaruh oleh sesuatu kesan.
(b)   Proses pengiring, yaitu banyak sedikitnya pengaruh kesan-kesan terhadap kesadaran, setelah kesan-kesan itu sendiri tidak lagi ada dalam kesadaran.
(c)    Aktivitas, yaitu banyak sedikitnya orang menyatakan diri, menjelmakan perasaan dan pikiran-pikirannya dalam tindakan yang sepontan.

7.                  Tipologi Spranger
Eduard Spranger, tokoh psikologi yang berdasarkan ilmu pengetahuan kerohanian, mengemukakan tipologi yang walaupun secara teori mengandung kelemahan-kelemahan, tetapi di dalam praktik sangat berguna.

B.                 BEBERAPA TEORI KEPRIBADIAN YANG MEMAKAI CARA PENDEKATAN LAIN
1.                  Psikoanalisis Teori Sigmund Freud
Teori kepribadian Freud dapat diikhtisarkan dalam rangka struktur, dinamika, dan perkembangan kepribadian.
a.                   Struktur Kepribadian
Menurut Frued, kepribadian itu terdiri atas tiga sistem atau aspek:
1.      Das Es (The id), yaitu aspek biologis,
2.      Das Ich (The ego), yaitu aspek psikologis,
3.      Das Ueber Ich (The super ego), yaitu aspek sosiologi.
b.                  Dinamika Kepribadian
Menurut Frued di dalam diri kita ini ada dua macam insting-insting, yaitu:
1.      Insting-insting hidup, dan
2.      Insting-insting mayi.
c.                   Perkembangan Kepribadian
Secara sederhana dapat dikatakan, bahwa perkembangan kepribadian adalah belajar mempergunakan cara-cara baru dalam mereduksikan tegangan, yang timbul karena individu menghadapi berbagai hal yang dapat menjadi sumber tegangan (tension). Adapun sumber tegangan yang pokok ialah (1) proses pertumbuhan fisiologi, (2) frustasi, (3) konflik, dan (4) ancaman.

2.                  Psikologi Analisis, Teori Carl Gustaw Jung
Menurut Jung kepribadian itu terdiri dari dua alam yaitu:
1.        Alam sadar (kesadaran), yang berfungsi mengadakan penyesuaian terhadap dunia luar, dan
2.        Alam tak sadar (ketidaksadaran), yang berfungsi mengadakan penyesuaian terhadap dunia dalam yaitu dunia batin sendiri.

3.                  Individual Psychologie, Teori Alfred Adler
a.                   Individualitas Sebagian Pokok Persoalan
Adler memberi tekanan kepada pentingnya sifat khas (unik) daripada kepribadian, yaitu individualitas, kebulatan serta sifat-sifat khas pribadi manusia. Tiap orang adalah konfigurasi motif-motif, sefat-sifat, serta nilai-nilai yang khas, tiap tindakan yang dilaksanakan oleh seseorang memberikan corak khas gaya hidupnya yang bersifat individual.

b.                  Pandangan Teleologis
Bahwa manusia hidup dengan berbagai macam cita-cita atau pikiran yang semata-mata bersifat semu, tidak ada kenyataannya atau pasangannya di dalam dunia realitas. Gambaran-ganbaran semu yang demikian itu misalnya: “semua manusia ditakdirkan sama”, “Kejujuran adalah politik yang paling baik”, “Tujuan mengesahkan alat”, dan sebagainya.

c.                   Dua Dorongan Pokok
(1)      Dorongan kemasyarakatan, yaitu dorongan yang mendorong manusia untuk bertindak yang mengabdi kepada masyarakat.
(2)      Dorongan keakuan, yang mendorong manusia untuk bertindak yang mengabdi kepada aku sendiri.

d.                  Rasa Rendah Diri dan Konpensasi
Seseorang yang mengalami rasa rendah diri tidak akan tinggal diam, dengan menebus atau mencari pemulih. Penebus atau pemulih itulah yang disebut kompensasi. Jadi kompensasi adalah akibat yang wajar (yang seharusnya) daripada rasa rendah diri.












BAB IV
SIFAT-SIFAT KHAS INDIVIDU YANG LAIN:
MASALAH INTELIGENSI

A.                SIFAT HAKIKAT INTELEGENSI
Para ahli psikologi yang mula-mula membahas masalah tersebut, yaitu sifat hakikat intelegensi, memakai metode filsafat, yaitu mereka menyusun definisi mengenai intelegensi itu atas dasar pemikiran spekulatif-logis. Dalam pada itu pada waktu yang bersamaan dengan kejadiaan yang dikemukakan di atas itu tes-tes yang mula-mula berhasil disusun oleh beberapa ahli.

1.                  Konsepsi-konsepsi Mengenai Intelegensi yang bersifat Spekulatif-Filsafati
Spearman, dalam bukunya yang terkenal, yaitu The Abilities of Man (1927) mengelompokkan konsepsi-konsepsi yang brsifat spkulatif-filsafati itu menjadi tiga kelompok, yaitu:
a.         Yang memberikan definisi mengenai intelegensi umum,
b.        Yang memberikan definisi mengenai intelegensi daya-daya jiwa khusus yang merupakan bagian daripada intelegensi, dan
c.         Yang memberikan definisi mengenai intelegensi sebagai taraf umum daripada sejumlah besar daya-daya khusus.

2.                  Konsepsi-konsepsi yang Bersifat Pragmatis
Dasar dari konsepsi ini kiranya adalah yang dinyatakan oleh boring, bahwa intelegensi adalah apa yang dites oleh tes intelegensi.

3.                  Konsepsi-konsepsi Faktor
a.       Teori Spearman
Dengan teknis analisis faktor Spearman menemukan bahwa tiap tingkah laku manusia itu disebabkan oleh dua faktor, yaitu:
1.         Faktor umum, general factor, yang dilambangkan dengan g mrupakan hal atau faktor yang mendasari segala tingkah laku seseorang.
2.         Faktor-faktor khusus tertentu (special factor), yang dilambangkan dengan huruf s, hanya berfungsi pada tingkah laku-tingkah laku khusus saja.
Selanjutnya Spearman berpendapat, bahwa faktor g terganrung kepada dasar, sedangkan faktor s dipengaruhi oleh pengalaman (lingkungan, pendidikan).

b.      Teori Thomson
Thomson tidak dapat menyetujui pendapat Spearman tersebut. Menurut dia apa yang disebut faktor g oleh Spearman tidak ada.
c.       Teory Cyrill Burt
Pendirian Burt sangat dekat dengan pendidikan Spearman. Dia sependapat dengan Spearman bahwa pada manusia terdapat faktor g, yang mendasari semua tingkah lakunya; dan seperti Spearman dia berpendapat, bahwa fakto g ini tergantung pada dasar, dibawa sejak lahir.
Tetapi di samping kedua macam faktor itu menurut Burt, masih ada lagi faktor yang ketiga, yaitu faktor kelompok (group factor, common factor), yang biasanya dilambangkan dengan huruf c. Faktor c ini adalah faktor yang berfungsi pada sejumlah tingkah laku.

d.      Teori Thurstone
Thurstone adalah tokoh Chicago. Dia sependapat dengan Burt, bahwa ada faktor c, yang berfungsi pada sejumlah tingkah laku.

e.       Pendapat Guilford
Guilford (1961, 1967), orang yang dwasa ini sangat terkenal dalam lapangan psikometri, sependapat dengan Thurstone, yaitu bahwa yang pokok itu ialah faktor c; bahkan pada hakikatnya hanya inilah faktor-faktor intelegensi itu.

4.                  Konsepsi yang Bersifat Operasional
Ahli-ahli yang mengikuti operasionisme mengajukan keberatan-kebaratan terhadap pendapat para pengikut teori faktor itu, yaitu pertamamendefinisikan, dan yang kedua mengukurnya.

5.                  Konsepsi-konsepsi Fungsional
Konsep ini disusun atas dasar pemikiran atau analisis mengenai bagaimana berfungsinya intelegensi itu, lalu dirumuskan sifat-sifat hakikatnya atau definisinya.

B.                 PENGUKURAN INTELEGENSI
Pengekuran Integensi secara historis dapat diketahui dngan dua jalan, yaitu:
(1)   Mengemukakan sejarah perkembangan usaha para ahli dalam bidang ini, dengan maksud memberikan gambaran yang bersifat umum mengenai persoalannya, dan
(2)   Mengemukakan sejarah perkembangan tes intelegensi model binet, karena model inilah yang sampai dewasa ini dianggap oleh kebanyakan ahli sebagai yang paling baik.



1.                  Perkembangan Tes Intelegensi Pada Umumnya
(a)    Fase Persiapan, yaitu fase di mana para ahli sedang mencari/berusaha mendapatkan tes intelegensi. Fase ini berlangsung kira-kira sampai tahun 1915.
(b)   Fase kedua, yaitu fase naif, yaitu fase di mana orang menggunakan tes intelegensi yang telah tersusun tanpa kritik.
(c)    Fase ketiga, yaitu fase mencari tes yang bebas dari pengaruh kebudayaan (culture free test).
(d)   Fase Kritis, yang mulai pada kira-kira tahun 1950 dan terus berlangsung sampai sekarang.

2.                  Perkembangan Tes Intelegensi Model Binet
a.                   Sejak akhir abad yang lalu Alfred binet telah menjadi salah seorang ahli psikologi yang terkenal. Sejak tahun 1890-an dia telah mengadakan usaha-usaha ke arah penyusunan intelegensi.
Apabila anak-anak yang kurang dari normal itu dididik bersama-sama dengan anak yang normal, maka akan diderita kerugian-kerugian tertentu, antara lain:
(1)     Bagi anak yang kurang dari normal berarti mreka dipaksa mengikuti pendidikan yang di luar kemampuannya.
(2)     Bagi anak yang normal berarti mereka dihambat kemajuannya, dan ini mungkin juga berarti menyia-nyiakan kemungkinan yang ada pada anak-anak itu.
(3)     Masyarakat juga dirugikan karena pengeluaran biaya dan penggunaan waktu yang kurang efisien.
b.                  Suatu konsepsi yang orisinal, yang kemudian ternyata sangat berguna dan sangat banyak diikuti orang ialah konsepsi tentang adanya umur yang ada dua macam yaitu:
(1)   Umur kalender atau umur kronologis, (chronological age, yang bisa disingkat dengan CA), dan
(2)   Umur kecerdasan atau umur intelegensi (mental age, disingkat dengan MA).

3.                   Tes Wechsler
Tes Wechsler itu mula-mula diteritkan pada tahun1939 dengan nama Wechsler Bellevue Intelligence Scale (biasa disingkat W – B) dan revisinya diterbitkan tahun 1955 dengan nama Wechsler Adult Intelligence Scale (disingkat dengan WAIS).
Kecuali tes untuk orang dewasa ini, dengan modal W – B itu Wechsler juga menyusun tes integensi untuk anak-anak, yang diberi nama Wechsler Inteligence Scale for Children (disingkat WISC), dan diterbitkan pada tahun 1949.
BAB V
PERBEDAAN-PERBEDAAN  DALAM BAKAT

A.                APAKAH BAKAT ITU?
Michael meninjau bakat itu terutama dari segi kemampuan individu untuk melakukan sesuatu tugas, yang sedikit sekali tergantung kepada latihan mengenai hal tersebut.
Woodworth dan Marquis memberikan definisi demikian: “aptitude is predictable achievement and can be measured by specially devised test”. Bakat (aptitude), oleh Woodworth dan Marquis dimasukkan dalam kemampuan (ability). Menurut dia ability mempunyai tiga arti, yaitu:
1.      Achievement yang merupakan actual ability, yang dapat diukur langsung dengan alat atau tes tertentu.
2.      Capacity yang merupakan potential ability, yang dapat diukur secara tidak langsung dengan melalui penguukuran terhadap kecakapan individu, dimana kecakapan ini berkembang dengan training yang intnsif dan pengalaman.
3.      Aptitude, yaitu kualitas yang hanya dapat diungkap/diukur dengan tes khusus yang sengaja dibuat untuk itu.
Selanjutnya Guilford memberikan definisi yang lain lagi coraknya, Guilford mengemukakan bahwa, aptitude itu mencakup 3 dimensi psikologis, yaitu:
1.      Dimensi prseptual
2.      Dimensi psiko-motor, dan
3.      Dimensi intelektual.

B.                 BAGAIMANAKAH CARANYA MENGENAL BAKAT SESEORANG?
Menurut sejarahnya usaha pengenalan bakat itu mula-mula terjadi pada bidang kerja (atau jabatan), tetapi kemudian juga dalam bidang pendidikan. Bahkan dewasa ini dalam bidang pendidikanlah usaha yang paling banyak dilakukan.
Prosedur yang biasanya ditempuh adalah:
a.       Melakukan analisis jabatan (job-analysis) atau analisis lapangan studi untuk menemukan faktor-faktor apa saja yang diperlukan supaya orang dapat berhasil dalam lapangan tersebut.
b.      Dari hasil analisis itu dibuat pencandraan jabatan (job-description) atau pencanraan lapangan.
c.       Dari pencandraan jabatan atau pencandraan lapangan studi itu diketahui persyaratan apa yang harus dipenuhi supaya individu dapat lebih berhasil dalam lapangan tertentu.
d.      Dari persyaratan itu sebagai landasan disusun alat pengungkapnya (alat pengungkap bakat), yang biasanya berwujud tes.
BAB VI
PERKEMBANGAN INDIVIDU

A.                APAKAH PERKEMBANGAN ITU?
Perkembangan itu adalah suatu perubahan; perubahan ke arah yang lebih maju, lebih dewasa. Secara teknis, perubahan tersebut biasanya disebut proses. Jadi garis besarnya para ahli sependapat, bahwa perkembangan itu adalah suatu proses.

B.                FAKTOR-FAKTOR APAKAH YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN ITU?
1.      Nativisme
Para ahli yang mengikuti aliran nativisme berpendapat, bahwa perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir (natus artinya lahir), jadi perkembangan individu itu semata-mata tergantung kepada dasar.

2.      Empirisme
Para ahli yang mengikuti pendirian Empirisme mempunyai pendapat yang langsung berpendapat yang langsung bertentangan dengan pendapat aliran Nativisme. Pengikut-pengikut aliran Empirisme berpendapat bahwa perkembangan itu semata-mata tergantung pada faktor lingkungan, sedangkan dasar tidak memainkan peranan sama sekali.

3.      Konvergensi
Paham konvergensi ini berpendapat, bahwa di dalam perkembangan individu itu baik dasar atau pembawaan maupun lingkungan memainkan peranan penting.

C.        BAGAIMANAKAH SIFAT-SIFAT ANAK-ANAK PADA MASA-MASA TERTENTU DALAM PERKEMBANGAN TERTENTU?
            Anak-anak selama masa perkembangannya itu mempunyao kehidupan yang tidak statis, lelainkan dinamis, dan pendidikan yang harus diberikan kepada mereka haruslah disesuaikan dengan keadaan kejiwaan anak-anak kita pada masa tertentu dalam masa perkembangannya itu.







BAB VII
PERUBAHAN INDIVIDU KARENA BELAJAR

A.                PENDAHULUAN
1.                  Perlu dan Pentingnya Masalah Belajar
Belajar dan mengajar adalah masalah penting setiap orang, maka perlu dan penting menjelaskan dan merumuskan masalah belajar itu.

2.                  Ahli-ahli Psikologi memegang Peran Utama Dalam Mengupas Masalah Belajar
a.         Pertama: adalah karena alasan historis. Para cendekiawan yang pertama-tama mempersoalkan masalah ini secara mendalam adalah ahli psikologi.
b.        Di samping alasan historis itu terdapat alasan lain, mungkin dapat disebut literer.
B.                 APAKAH BELAJAR ITU?
(a). Bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavional changes, aktual maupun potensial
(b). Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkan-nya kecakapan baru (dalam arti kenntnis dan Fertingkeit).
(c). Bahwa perubahan itu trjadi karena usaha (dengan sengaja).

C.                 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR
(1). Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, dan ini masih lagi dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu:
       a. faktor-faktor Nonsosial, dan
       b. faktor-faktor sosial.
(2). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar, dan ini pun dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu:
       a. faktor-faktor fisiologis, dan
       b. faktor-faktor psikologis.

D.                BAGAIMANAKAH BELAJAR ITU TERJADI? BEBERAPA KONSEPSI ATAU TEORI BELAJAR
Semua konsepsi yang dikemukakan itu disusun atas dasar spekulatif. Kemudian dengan munculnya Ebbinghaus psikologi belajar memasuki babak baru, yaitu masa eksperimental; dan semua teori yang disusun sesudah itu adalah teori-teori yang didasarkan pada pnemuan eksperimental. Dewasa ini terdapat bermacam-macam teori dalam lapangan itu, seperti Koneksionisme, Pavlovianisme, Beaviorisme, Gestalt, Neo-Gestalt, Medan, Oranismik, dan sebagainya.
BAB VIII
HASIL-HASIL PENDIDIKAN

A.                PENDAHULUAN
1.        Masalah penilaian Hasil-hasil pendidikan bukanlah masalah baru; Ujian adalah cara yang paling Umum dilakukan Dalam Usaha tersebut.
2.        Rapor sebagai perumusan terakhir sesaat daripada penilaian hasil-hasil pendidikan.
3.        Fungsi penilaian dalam proses pendidikan
a.    Dasar Psikologis
Secara pesikologis orang selalu butuh mengetahui sudah sampai sejauh manakah dia berjalan menuju kepada tujuan yang ingin atau yang seharusnya dicapai.
b.    Dasar Didaktis
Mengenai dasar dedaktis dapat ditinjau dari dua segi: yaitu dari segi anak didik dan segi pendidik.
c.    Dasar Administratif
(1)   Memberikan data untuk dapat menentukan status anak didik di dalam kelasnya.
(2)   Memberikan ikhtisar mengenai segala hasil usaha yang dilakukan oleh suatu lembaga pendidikan.
(3)   Merupakan inti laporan tentang kemajuan murid-murid kepada orang tua atau pejabat pemerintah yang berwenang, guru-guru, dan juga murid-muridnya.

B.                 TEKNIK PENILAIAN
1.      Syarat-syarat penilaian yang baik
a.       Tes itu harus reliable,
b.      Tes itu harus valid,
c.       Tes itu harus objektif,
d.      Tes itu harus diskriminatif,
e.       Tes itu harus comprehensive, dan
f.       Tes itu harus mudah digunakan.

2.      Bermacam-macam bentuk penilaian
Secara garis besar ada dua macam bentuk penilaian, yaitu tes objektif dan tes subjektif atau yang biasa juga disebut essay examination.


C.                 STATISTIKA SEDERHANA
1.      Perlu dan pentingnya soal ini
2.      Bermacam-macam data kuantitatif
3.      Pembuatan tabel frekuensi
4.      Ukuran-ukuran tendensi sentral
5.      Ukuran-ukuran pemencaran (aebaran) atau Variabilitas
6.      Korelasi.



Sumber buku:
Psikologi Pendidikan, karya Drs. Sumadi Suryarata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D. Penerbit: PT Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2010.

0 komentar:

Posting Komentar